Review: Ayahku (bukan) Pembohong

Posted Rabu, 04 Januari 2012 by Gudang Cerita
Dari sini
Review buku karya Tere Liye menjadi postingan pertama saya di blog ini setelah hampir setahun dibuat lalu dibiarkan tanpa isi. #nepuk debu di meja

Ayahku (bukan) Pembohong adalah buku Tere Liye keempat yang saya baca setelah The Gogons, Hafalan Sholat Delisa, dan Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Buku ini bercerita tentang seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng tentang kesederhanaan hidup oleh ayahnya. Seperti ketiga buku terdahulu, rasa puas tetap saya rasakan setelah saya membaca buku ini walaupun saya menemukan (menurut pendapat dan selera saya pribadi) beberapa hal yang membuat saya agak kurang sreg.

Saya mulai dari cover. Orang-orang terbang menunggang layangan keluar dari jendela sebiji buah apel kuning dengan latar langit biru terasa sangat fantasi dan entah kenapa, selera saya menolaknya untuk bersanding dengan judul "Ayahku (bukan) Pembohong". Walaupun cover menggambarkan isi buku secara keseluruhan, sampai sekarang saya tetap merasa bahwa ilustrasi cover tidak cocok untuk judul buku. Cover inilah yang membuat saya hampir tidak jadi membeli buku tersebut.

Sinopsis di belakang buku yang berbunyi seperti ini "saat tiba di halaman terakhir, berlarilah secepat mungkin menemui ayah kita, sebelum semuanya terlambat, dan kita tidak pernah sempat mengatakannya." membuat saya akhirnya mengambil buku ini. Saya memang tidak terlalu mempercayai sinopsis, tapi ada pengecualian untuk buku-buku Tere Liye. Saya sudah membaca tiga buku dan tidak kecewa, saya fikir buku keempat ini tak akan mungkin mengecewakan saya. Apalagi cerita ini tentang ayah.

Untungnya, lagi-lagi Tere Liye tidak mengecewakan saya (secara telak). Dengan alur maju mundur, hubungan anak dan ayah diceritakan dengan apik bahkan dengan sisipan beberapa dongeng di dalamnya. Walaupun saya merasa cerita agak datar di beberapa tempat (sehingga membuat saya ingin cepat-cepat pindah halaman) tapi secara keseluruhan konflik yang ada lumayan menggigit.

Kekuatan tulisan-tulisan Tere Liye ada pada pesan moral. Dalam semua buku beliau (yang sudah saya baca tentunya), saya pasti menemukan pesan-pesan yang membuat saya terinspirasi. Pesan-pesan kebaikan yang sepele tapi kadang kita lupakan. Seperti di buku ini, menghormati ayah seberapa burukpun ia dimata kita, kebahagiaan sejati dari kesederhanaan hidup atau mengajari anak-anak kita kelak tentang hidup melalui dongeng? :p

Dengan hanya satu mis-typing, plot-plot seru di akademi Gajah serta pesan moral yang menggugah, saya  rasa buku ini recommended banget. Tambahan, harga bukunya tidak bikin stress. :D